Beratus-ratus tahun tiada henti-hentinya pertikaian antar agama, aliran yang satu dengan aliran yang lain saling menyalahkan. Tiap Golongan membanggakan golongannya sendiri. Kullu hizbin Bima Ladaihim Farihuun… (QS. Ar Ruum, 30;32)
Bismillohi
Rahmani Rahim, Assalamu Alaikum Sahabat Religipedia.com,
Semoga Hari-harinya Selalu di jalan kebenaran dan tetap menebarkan
semangat istiqomah. Amiin Allahuma Amin.
Lama tak jumpa membersamai dalam dekapan khazanah ilmu kita bersama. Adakah
rindu itu menyapa diantara kita? Berharap demikian yah sahabat-sahabatku
tercinta.
kali
ini, Religipedia akan membahas terkait “Mengenal Agama yang Fitrah”. Semoga
sahabat-sahabat sekalian tetap setia membersamai hingga akhir tulisan yah.
Berbicara terkait agama, sejak kecil sebagian dari kita telah menyadari akan
adanya kepercayaan keagamaan yang kuat dengan keimanan yang rendah kepada
Tuhan. Kenapa seperti itu? Sebab ada sedikit perbedaan antara kepercayaan
kepada seperangkat dalil, dengan keimanan yang memungkinkan manusia untuk
meyakini kebenaran dalil tersebut. Keyakinan keagamaan yang terkesan sejak
kanak-kanak yang dibungkus dengan kisah yang menakutkan hingga terbawa pada
masa dewasa. Seperti halnya kisah cerita neraka yang di bungkus dengan kekejaman
dan bingas sebagai resiko tingkah laku dan perbuatan manusia semasa di dunia
mampu membangkitkan realita kejiwaan yang menakutkan dari sosok Tuhan. Hal
tersebut dapat diprediksikan oleh nalar manusia yang terkadang memikirkan dari
satu sisidan keyakinan yang belum kuat terhadap Penciptanya.
Kita
sadari bersama, Tuhan merupakan figure kabur yang melalui abstraksi intelektual
pada imajinasi. Tuhan sebagai hijab (pelindung sejati) yang tidak berbuat
banyak, dikarenakan segala pekerjaan pengaturan alam semesta telah diwakilkan
kepada para malaikat yang di utusnya. Tuhan maha Agung dan Sangat Suci,
sehingga cukup bagiNya dudk santai di singgasana termegah-Nya, seperti halnya
imajinasi tentang raja-raja pada gambaran manusia yang tidak dapat diprediksikan
juga di pikirkan melalui nalar kita sebagai insan yang diciptakan olehNya.
Sebagian
pendapat mengatakan, kita tidak perlu memikirkan zat (wujud) Allah SWT,
karenaNya telah mengutus perantara (Washilah) untuk setiap kali berkomunikasi
bermunajat menyampaikan segala keluh kesah
dan rasa bahagia dalam jiwa dan batin manusia. Allah SWT yang Maha Agung
dan Maha Perkasaadalah roh alam yang menggerakkan dan mengembangkan serta
meliputi segala sesuatu. Ia begiru dekat, sangat dekat bahkan lebih dekat
dengan urat leher dan nadi manusia.
Keimanan
orang tua dan pola pikir mereka akan sangat menpengaruhi anak yang masih rentan
akan pengaruh dan kenyataanya informasi dari lingkungan sekitar terkadang lebih
banyak merupakan tuntutan daripada memberdayakan fitrah dasar manusia itu
sendiri, sebab roh manusia secara apriori telah mendapat amar suci sesuai
dengan ayat Allah SWT dalam QS. Al Isra, 17;85 “Qulir ruuhu min amri rabbi” (Katakanlah roh itu termasuk urusan
tuhanku).
Ibnu
Taimiyah tidak mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi, termasuk
interpretasi sebab baginya dasar ilmu pengetahuan manusia yang terutama adalah
Fitrah-Nya yang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Fitrah yang
merupakan asal kejadian lahirnya manusia, yang menjadi kesatuan melalui
intuisi, hati kecil, hati nurani, akal dan berbagai kelebihan lainnya diperkuat
dengan pembenaran Agama, yang kemudian disebut ibnu Taimiyah sebagai “fitrah yang diturunkan” (Al fitah Al
Munazzalah).
Senada
dengan pendapat Ibnu Taimiyah, Abu Ja’far Muhammad atau yang akrab didengar
ibnu Ali Ibnu AL Husain Babwayh Al Qummi (Wafat 381 M), ahli kalam terkemuka
kalangan Syi’ah mengatakan pengetahuan tenang tuhan diperoleh manusia melalui
fitrahNya dan hanya dengan fitrah tersebut manusia mendapat manfaat dari
bukti-bukti dan dalil-dalil. Maka dengan pendapat tersebut, Ibnu Taimiyah
menegaskan bahwa pangkal iman dan ilmu adalah ingat (ZIKIR) kepada Allah SWT. Allah
SWT yang memberikan ilmu dan Ia adalah Pangkal iman dan ilmu.
Al
kisah Sekelompok arab badui datang kepada Rasulullah serta menyatakan dirinya
sudah beriman kepada Allah SWT dan RasulNya, namun konsepsi iman itu dibantah
oleh Allah SWT, Pemilik alam semesta dan seluruh isinya saat itu, bahwa yang
dimaksud keimanan itu bukan berasal dari pikiran dan aturan yang ditekankan
dari luar dirinya, akan tetapi iman itu berasal dari potensi jiwanya sendiri
(fitrah). Hal tersebut dapat kita simpulkan sahabat religipedia bahwa penilaian
terkait dengan keimanan dan kepercayaan agama manusia bukan dari penampilan
luarnya melainkan seberapa lemah lembuh hatinya dalam mengabdikan diri sebagai
hamba Allah SWT tunduk beribadah sesua dalam ayat “Tidak kuciptakan jin dan
manusia selain untuk beribadah kepadaku”.
“Orang-orang
arab badui itu berkata: “ Kami telah beriman”. Katakanlah (Kepada Mereka)” kamu
belum beriman”, tetapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu” (QS. Al hujuraat, 49 ayat; 14).
Alqur’an
menegaskan bahwa dalam fitrah diri manusia terdapat kecenderungan-kecenderungan
menuju kebaikan (keimanan) dan penolakan terhadap tindak kejahatan dan
kedurhakaan. Allah SWT tidak hanya menciptakan dan menganugerahinya kemampuan
untuk mengenal Allah SWT, namun juga telah menciptakan di dalamnya
dorongan-dorongan alamiah menuju kebaikan dan penolkan terhadap perbuatan
buruk, dosa dan tindakan-tindakan yang merendahkan martabat diri manusia.
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Alqur’an surah Al Hujuraat, 49;7-8 yakni “….
Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang –orang yang mrngikuti jalan yang lurus,
sebagai karunia dan nikmat dari Allah SWT yang maha Mengetahui lagi Bijaksana”.
Tuhan
telah menganugerahi manusia fitrah dasar melalui rohani yang suci.
Mengembalikan kefitrahan diri dengan berpuasa (mengendalikan hawa nafsu)yang
dilukiskan Rasulullah SAW (seperti bayi yang baru lahir kealam dunia ini
membawa dasar spiritual yang suci dan sehat sesuai hukum hereditas). Sungguh Islam adalah kefitrahan agama yang
sebaik-baiknya.
***
0 Response to "Mengenal Agama Fitrah yang Sesungguhnya"
Posting Komentar